Minggu, 03 Januari 2010

Bismillahirrahmanirrahiim...
SmaNgad sMangaD...

UAS seMester 3 gTo...
Good Luck..

Titrasi Pengomplekan yg sErUuuuu

JUDUL : Titrasi Pengomplekan dan Aplikasi Titrasi Pengomplekan
TUJUAN :
1. Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan Na-EDTA
2. Menentukan kesadahan total air

DASAR TEORI :
Salah satu cara penetapan kadar suatu ion logam berdasarkan terbentuknya suatu senyawa kompleks antar ion logam dengan senyawa pembentuk kompleks ialah dengan kompleksometri. Senyawa pembentuk kompleks sebagai donor elektron sedangkan ion logam yang bertindak sebagai akseptor elektron. Dalam larutan alkali, pembentukan kompleks lebih efisien dan lebih stabil. Namun, jika terlalu alkali, perlu diwaspadai akanterbentuknya endapan logam teroksidasi.
Persyaratan mendasar dalam titrasi kompleksometri ialah terbentuknya kompleks molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan adalah kelarutan tingkat tinggi, seperti kompleks logam dengan EDTA.
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam, sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrome Black T (EBT). Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide.
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium.

ALAT dan BAHAN :
1. Gelas kimia
2. Corong
3. Pipet tetes
4. Labu ukur
5. Gelas ukur
6. Spatula
7. Erlenmeyer
8. Pipet volume
9. Timbangan digital
10. Buret
11. CaCO3
12. Aquades
13. HCl
14. Indikator larutan buffer pH 10
15. Na-EDTA
16. Indikator EBT




CARA KERJA :
Titrasi Pengomplekan
1. Menimbang CaCO3 ± 0,08 gram, kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur 100 ml, menambahkan HCl 1:1 setetes demi setetes hingga gelagak gas berhenti dan menambahkan aquades hingga tanda batas serta mengocoknya supaya tercampur dengan baik. Sehingga menghasilkan larutan CaCl2.
2. Mengambil 10 ml CaCl2 dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
3. Menambahkan 1 ml larutan buffer pH 10 dan 5 tetes indikator EBT.
4. Menitrasi dengan Na-EDTA hingga terjadi perubahan warna menjadi biru. Mengulangi hingga 3 kali dan melakukannya dengan tertib.




Aplikasi Titrasi Pengomplekan (Penentuan Kesadahan Air Isi Ulang)
1. Mengambil 10 ml air isi ulang, memasukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Menambahkan 2 ml larutan buffer pH 10 dan 3 tetes indikator EBT.
3. Menitrasi dengan Na-EDTA hingga terjadi perubahan warna menjadi biru dan mengulanginya hingga tiga kali dan melakukannya dengan tertib


















DATA PENGAMATAN

Perlakuan Hasil Pengamatan
Sebelum Sesudah
• Standarisasi larutan Na-EDTA dengan CaCl2 sebagai baku
- CaCO3 sebanyak 0,0844 gram
- Ditambah HCl 1:1 setetes demi setetes sampai gelagak gas berhenti
- Diencerkan sampai tanda batas dan menjadi CaCl2
- Ditambah 1 ml larutan buffer pH 10
- Ditambah 5 tetes indikator EBT
- Dititrasi dengan Na-EDTA
- Di ulangi 3x


CaCO3 = serbuk putih
HCl = tidak berwarna
CaCl2 = tidak berwarna
Larutan buffer = tidak berwarna
Indikator EBT = ungu
Na-EDTA = tidak berwarna


Setelah penambahan indikatoe EBT warna larutan menjadi ungu kemudian dititrasi dengan Na-EDTA menjadi berwarna biru.
V1 = 8,4 ml
V2 = 8,6 ml
V3 = 8,4 ml

Perlakuan Hasil Pengamatan
Sebelum Sesudah
• Aplikasi titrasi pengomplekan
- Mengambil 10 ml air isi ulang
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Ditambah 2 ml larutan buffer pH 10
- Ditambah 3 tetes indikator EBT
- Dititrasi dengan larutan Na-EDTA
- Di ulangi 3 kali

Air suling = tidak berwarna

Setelah penambahan indikator EBT larutan menjadi berwarna ungu, kemudian dititrasi dengan Na-EDTA terjadi perubahan warna larutan menjadi berwarna biru
V1 = 1,6 ml
V2 = 1,7 ml
V3 = 1,9 ml

























ANALISIS DATA

Penentuan (standarisasi) larutan Na – EDTA dengan CaCl2 sebagai baku.
a. Sebelum diberikan perlakuan
Berat CaCO3 0,0844 gram berbentuk serbuk dan berwarna putih.
HCL tidak berwarna.
CaCl2 tidak berwarna.
Larutan buffer tidak berwarna.
Indikator EBT tidak berwarna.
Na – EDTA tidak berwarna.
b. Setelah diberi perlakuan
CaCO3 + HCL larutan tidak berwarna tetapi terdapat endapan berwarna putih, larutan kemudian diencerkan sampai tanda batas dan dikocok. Kemudian ditambah 1ml (20 tetes) larutan buffer pH 10 dan 5 tetes indikator EBT, warna larutan berubah menjadi ungu. Dititrasi dengan Na – EDTA, hentikan titrasi jika terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru. Hal ini disebabkan karena titran adalah sebuah campuran dari MgY2- dan Y4- ketika campuran ini ditambahkan kepada larutan yang mengandung Ca2+, CaY2- yang lebih stabil akan terbentuk dengan membebaskan Mg2+ untuk bereaksi dengan indikator (EBT) dan membentuk MgIn- merah. Setelah kalsium dipergunakan seluruhnya titran tambahan mengubah MgIn- menjadi MgY2- dan indikator berbalik menjadi bentuk Hin2- yang biru. Percobaan dilakukan tiga kali dan diperoleh data sebagai berikut :
1.V = 8,4ml
2.V = 8,6ml
3.V = 8,8ml
Sedangkan dari analisis perhitungan diperoleh data sebagai berikut :
Persamaan Reaksi
2HCL + CaCO3 → CaCl2 + H2O + CO2
M CaCl2 = 0,0084 M
Pada Percobaan I M Na – EDTA 0,01004 M
Pada Percobaan II M Na – EDTA 0,0098 M
Pada Percobaan III M Na – EDTA 0,0095 M
M Na – EDTA rata – rata 0,00978 M.
Aplikasi Titrasi Pengomplekan
a. Sebelum diberi perlakuan
Air isi ulang tidak berwarna.
Berat piknometer kosong 20,9889 gram.
Berat piknometer ditambah air isi ulang 70,1370 gram.
Larutan buffer pH 10 tidak berwarna.
Indikator EBT berwarna ungu.
b. Setelah diberi perlakuan
10ml air isi ulang ditambahkan 2ml (40 tetes) larutan buffer pH 10 larutan tidak berwarna, kemudian ditambahkan 3 tetes indikator EBT, larutan menjadi berwarna ungu. Ditirasi dengan Na – EDTA hentikan titrasi jika terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru. Percobaan dilakukan 3 kali dan diperoleh data volume Na – EDTA sebagai berikut :
1.V = 1,6ml
2.V = 1,7ml
3.V = 1,9ml

Sedangkan dari analisis perhitungan diperoleh data sebagai berikut :
1.Kesadahan total I 173,6928ppm.
2.Kesadahan total II 184,5486ppm.
3.Kesadahan total III 206,5486ppm.
Kesadahan total rata – rata 188,1672ppm. Data ini diperoleh dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus
Kesadahan total = V.EDTA x M.EDTA x MrCaCl2 x 1000ml PPM dibagi
V sampel yang dititrasi





KESIMPULAN

Dari percobaan standarisasi diperoleh Molaritas rata – rata Na – EDTA adalah 0,00978 M. Dan dari percobaan aplikasi diperoleh kesadahan total rata – rata adalah 188,1672ppm. Dari keseluruhan percobaan dapat disimpulkan bahwa volume titran (Na – EDTA) pada aplikasi lebih rendah dari pada volume titran (Na – EDTA) pada standarisasi. Hal ini disebabkan karena penambahan larutan buffer pH 10 pada percobaan aplikasi lebih banyak yakni 2ml (40 tetes) sedangkan pada standarisasi 1ml(20 tetes). Hali ini juga disebabkan karena penambahan indikator EBT pada aplikasi lebih sedikit atau kecil yakni 3 tetes sedangkan pada standarisasi 5 tetes.

Titrasi Pengendapan...

DASAR TEORI :
Titrasi pengendapan yang paling banyak dipakai adalah Argentometri, karena hasil kali kelarutan garam perak halida (pseudohalida) sangat kecil :

Ksp AgCl = 1.8 x 10-10
Ksp AgCNS = 1.1 x 10-12
Ksp AgBr = 5.0 x 10-13
Ksp AgCN = 2.2 x 10-16
Ksp AgI = 8.3 x 10-17

Tiga cara penentuan titik akhir titrasi :
1. Cara Mohr dengan indikator CrO42-
2. Cara Volhard dengan indikator Fe3+
3. Cara Vajans dengan indikator adsorbsi (Fluorescein)

Titrasi Mohr
Titrasi Mohr digunakan untuk menentukan kadar halida atau pseudohalida di dalam larutan. Kromat sebagai indikator titik akhir karena membentuk endapan Ag2CrO4 berwarna merah saat bereaksi dengan ion perak. Titrasi Mohr dilakukan pada skala pH 6-10. Jika pH terlalu kecil atau asam kesetimbangan kromat-dikromat akan menurunkan kepekaan (CrO42-) sehingga menghambat pengendapan Ag2CrO4, mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut (Vogel, 1997).. Jika pH terlalu besar atau basa akan terbentuk endapan Ag2O. Digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam basa, pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan seperti titrasi Mohr (dari) klorida dengan ion perak, dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir titrasi (Underwood, 1999)

Titrasi Volhard
Didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi(III) untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat. Metode-metode lain yang lazim untuk perak dan klorida memerlukan larutan yang hampir netral agar titrasinya sukses. Banyak kation mengendap pada kondisi semacam ini dan karena itu menggangu dalam metode-metode ini. Dalam penetapan bromida dan iodida dengan metode Volhard yang tidak langsung, reaksi dengan tiosinat tidak menimbulkan kesulitan apapun karena perak bromida kira-kira mempunyai kelarutan yang sama dengan perak tiosianat, dan perak iodida cukup lebih rendah kelarutannya (Underwood, 1999).

Titrasi Vajans
Senyawa organik yang berwarna digunakan untuk mengadsorpsi pada permukaan suatu endapan sehingga mengubah struktur organiknya dan warna tersebut masih memungkinkan untuk mengubah diri menjadi lebih tua lagi sehingga sering digunakan sebagai pendeteksi titik akhir titrasi pada endapan perak disebut sebagai indikator adsorpsi (Underwood, 1999).

Ditemukan fakta bahwa fluoresein tersubstitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk titrasi perak dengan memanfaatkan kelebihan elektron/ion pada klorida jika perak nitrat ditambahkan kedalam larutan natrium klorida. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorpsi primer dan dengan demikian menyebabkan partikel koloidal perak klorida itu bermuatan negatif. Partikel negatif ini kemudian cenderung menarik ion-ion positif dari dalam larutan untuk membentuk lapisan adsorpsi skunder yang terikat lebih longgar. Jika perak nitrat terus-menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih, ion-ion inilah akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel-partikel menjadi bermuatan positif, dan anion adalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan skunder (Underwood, 1999).

Titrasi Penetralan dan Aplikasinya bY diaNtox

JUDUL : Titrasi Penetralan dan Aplikasi Titrasi Penetralan
TUJUAN :
1. Membuat dan menentukan standarisasi larutan asam
2. Membuat dan menentukan standarisasi larutan basa
3. Menentukan kadar NH3 dalam pupuk ZA

DASAR TEORI :
Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut
aA + tT ↔ produk
dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula mol equivalennya juga berlaku sama.
N titran = N analit
neq titran = neq analit
dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan ke dua.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Day, dkk, 1986).
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
H+ + OH- ↔ H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.
Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri.
Prinsip Titrasi Asam Basa :
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekivalen”. Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut sebagai titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolphthalein ( pp ) seperti di atas dalam keadaan tidak terionisasi ( dalam larutan asam ) tidak akan berwarna ( colorless ) dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi ( dalam larutan basa ).
Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indikator dalam keadaan transisinya. Untuk indikator phenolphthalein karena indikator ini bertransisi dari tidak berwarna menjadi merah keungguan maka yang teramati untuk titik akhir titrasi adalah warna merah muda. Contoh lain adalah metil merah. Oleh karena metil merah bertransisi dari merah ke kuning, maka bila indikator metil merah dipakai dalam titrasi maka pada titik akhir titrasi warna yang teramati adalah campuran merah dengan kuning yaitu menghasilkan warna orange.





ALAT dan BAHAN :
1. Gelas kimia
2. Corong
3. Pipet tetes
4. Kasa dan kaki tiga
5. Pembakar spiritus
6. Labu ukur
7. Gelas ukur
8. Spatula
9. Erlenmeyer
10. Kertas lakmus
11. Pipet volume
12. Timbangan digital
13. Buret
14. Na2CO3
15. Aquades
16. HCl
17. Indikator metil jingga dan metil merah
18. Pupuk ZA
19. NaOH
20. Indikator metil merah

CARA KERJA :
Titrasi Penetralan
1. Membuat larutan baku Na2CO3 yaitu dengan melarutkan ± 0,5 gram Na2CO3 dalam labu ukur dan menambahkan aquades hingga separuh kemudian mengocoknya, menambah aquades lagi hingga tanda batas dan mengocoknya kembali hingga tercampur dengan baik.
2. Membilas buret dengan HCl dan mengisinya dengan HCl hingga 2-3 cm di atas skala nol, kemudian menurunkan hingga skala nol.
3. Memipet 10 ml larutan baku Na2CO3 menggunakan pipet volum dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer. Kemudian menambahkan 10 ml aquades dan 2-3 tetes indikator metil jingga
4. Menitrasi laruan tersebut dengan HCl hingga terjadi perubahan warna menjadi kuning muda.
5. Melaksanakannya hingga tiga kali dengan tertib.



Aplikasi Titrasi Penetralan (Penentuan kadar NH3 dalam pupuk ZA)
1. Menimbang ± 0,1 gram pupuk ZA, kemudian memasukkannya ke dalam Erlenmeyer dan menambahkan 10 ml NaOH.
2. Memanaskan larutan tersebut dengan meletakkan corong di atas Erlenmeyer agar zat tidak lolos, hingga tidak ada lagi ammonia yang keluar. (cek dengan kertas lakmus merah)
3. Mendinginkan larutan tersebut.
4. Setelah larutan dingin, kemudian menambahkan beberapa tetes indicator metal merah.
5. Menitrasi larutan tersebut dengan HCl hingga terjadi perubahan warna dan mengulanginya hingga tiga kali dengan tertib.















DATA PENGAMATAN

Volume Analit (mL)
Na2CO3 Volume Titran (mL)
HCl Normalitas Titran
10 8,8 0,1124
10 8,4 0,1177
10 8,6 0,1150

Volume Analit (mL)
Pupuk ZA Volume Titran (mL)
HCl Kadar NH3 dalam ZA
10 43,2 17,45%
10 43,9 17,42%
10 44,1 19,50%



















ANALISIS DATA

Penentuan (standarsasi) HCL dengan Na2CO3 sebagai baku.
a. Sebelum diberi perlakuan
Berat Na2CO3 0,5244 gram berbentuk serbuk berwarna putih.
HCL tidak berwarna.
Air suling tidak berwarna.
Indikator Metil Jingga berwarna Orange.
b. Setelah diberi perlakuan
10ml Na2CO3 ditambah 25ml air suling larutan tidak berwarna. Kemudian ditambah 3 tetes indikator Metil Jingga larutan menjadi berwarna Merah. Dititrasi dengan HCL hentikan titrasi jika terjadi perubahan warna larutan dari kuning menjadi jingga. Percobaan dilakukan 3 kali dan diperoleh data volume titran (HCL) sebagai berikut :
1.V = 8,8ml.
2.V = 8,4ml.
3.V = 8,6ml.
Karena menggunakan indikator metil jingga, maka rentang pHnya antara 3,1 – 4,4. Dari hasil analisis perhitungan diperoleh :
Volume Analit (mL)
Na2CO3 Volume Titran (mL)
HCl Normalitas Titran
10 8,8 0,1124
10 8,4 0,1177
10 8,6 0,1150

Normalitas rata – rata HCL = 0,1124 + 0,1177 + 0,1150 = 0,11503 N

Persamaan Reaksinya
2HCL + Na2CO3 ↔ 2NaCl + H2O + CO2



Aplikasi Penetralan
a. Sebelum diberi perlakuan
Berat pupuk ZA I = 0,1117 gram.
Berat pupuk ZA II = 0,1119 gram.
Berat pupuk ZA III = 0,1000 gram.
Pupuk ZA berbentuk serbuk dan berwarna putih.
NaOH tidak berwarna.
Metil Merah berwarna merah.
b. Setelah diberi perlakuan
Pupuk ZA dicampur dengan NaOH tidak berwarna. Kemudian dipanaskan sampai tidak ada amoniak yang keluar (mengecek dengan kertas lakmus merah yang dibasahi air) apabila tidak ada perubahan warna pada kertas lakmus merah, larutan didinginkan kemudian ditambah 3 tetes indikator metil merah larutan menjadi berwarna kuning. Dititrasi dengan HCL hentikan titrasi jika terjadi perubahan warna larutan dari kuning menjadi jingga. Percobaan dilakukan 3 kali dan diperoleh data sebagai berikut :
Volume Analit (mL)
Pupuk ZA Volume Titran (mL)
HCl Kadar NH3 dalam ZA
10 43,2 17,45%
10 43,9 17,42%
10 44,1 19,50%

Kadar (% )NH3 rata – rata = 17,45 + 17,42 + 19,5 = 18,123%

Persamaan Reaksi
2HCL + (NH4)2 SO4 ↔ H2SO4 + 2NH4Cl
Dari hasil perhitungan diperoleh Normalitas (NH4)2 SO4 sebagai berikut :
Berat Pupuk ZA (gram) Normalitas (NH4)2 SO4 (N)

0,1117
0,1119
0,1000 0,0035
0,0036
0,003
Normalitas (NH4)2 SO4 rata – rata adalah 0,0034 N. Namun Normalitas yang digunakan dalam perhitungan untuk mencari kadar NH3 dalam pupuk ZA adalah Normalitas rata – rata dari HCL bukan Normalitas rata – rata (NH4)2 SO4.





























KESIMPULAN

Dari hasil percobaan standarisasi HCL dengan Na2CO3 sebagai baku diperoleh Normalitas rata – rata titran (HCL) adalah 0,11503 N. Percobaan ini menggunakan indikator metil jingga sehingga rentang pH larutannya antara 3,1 – 4,4. Dan dari hasil percobaan aplikasi menentukan kadar NH3 pada pupuk ZA diperoleh kadar rata – rata NH3 pada pupuk ZA adalah 18,123%. Percobaan ini menggunakan indikator metil merah sehingga rentang pH larutannya adalah 4,2 – 6,2. Dari hasil keseluruhan percobaan dapat disimpulkan bahwa volume titran (HCL) dalam percobaan standarisasi lebih kecil daripada volume titran (HCL) p0ada aplikasi. Hal ini disebabkan karena perbedaan indikator yang digunakan sehingga berbeda pula rentang pHnya. Sedangkan pH dapat mempengaruhi volume titran. Semakin besar pH semakin besar pula volume titran dan sebaliknya.

Budi Pekerti Harus Diteladankan, Bukan Diajarkan

Budi Pekerti Harus Diteladankan, Bukan Diajarkan

Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia sekolah belakangan ini semakin terasa. Banyak anak didik yang sering dinilai kurang memiliki sopan santun baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Lebih dari itu anak-anak tersebut juga sering terlibat tawuran, kasus obat-obatan terlarang dan tindakan negatif lainnya.
Pandangan sejumlah orang yang terlalu sempit dapat menganggap bahwa kemerosotan akhlak, moral, dan etika peserta didik disebabkan karena gagalnya pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama dituding telah gagal dalam membentuk akhlak dan kepribadian siswa. Harus diakui, dalam batas tertentu, pendidikan agama di sekolah memang memiliki kelemahan-kelemahan, sejak dari jumlah jam pelajaran yang sangat minim, juga materi yang terlalu menekankan pada aspek teoritis dan kognitif.
Dewasa ini terdapat wacana untuk menambahkan mata pelajaran muatan lokal pendidikan budi pekerti di sekolah dalam rangka menanggulangi perkembangan negatif peserta didik. Pendidikan budi pekerti adalah suatu proses pembentukan perilaku atau watak seseorang, sehingga dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk serta mampu menerapkannya dalam kehidupan. Pendidikan budi pekerti pada hakikatnya merupakan konsekuensi atau tanggung jawab seseorang untuk memenuhi suatu kewajiban. Budi pekerti lahir karena fakta, persepsi atau kepedulian untuk melakukan hubungan sosial secara harmonis melalui perilakunya. Parameter budi pekerti yang luhur adalah kesesuaiannya dengan norma, etika, dan ajaran agama yang dianut suatu masyarakat(tribunjabar.co.id ; 19.14 ; 8 Desember 2009).
Budi pekerti merupakan perilaku (behaviour), bukan pengetahuan sehingga untuk dapat diterima oleh peserta didik, maka harus diteladankan bukan diajarkan. Sebagai seorang pendidik atau guru seharusnya dapat membentuk siswa yang berbudi pekerti luhur dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan. Misalnya etika bermasyarakat, bertetangga, bertamu, berbusana dan bergaul. Semua pihak sepakat bahwa budi pekerti dan moralitas peserta didik dewasa ini akan menentukan nasib bangsa ini di masa yang akan datang, sehingga dapat membentuk budi pekerti yang luhur pada anak-anak.
Oleh karena itu, kewajiban orang tua dan guru untuk menanamkan pendidikan budi pekerti baik di rumah maupun di sekolah sebagai sarana pencegahan. Di rumah, orang tua harus menunjukkan sikap yang jauh dari unsur kekerasan. Kerap kali orang tua menganggap bahwa kekerasan adalah bentuk didikan pada anak. Perlu dibedakan antara ketegasan dan kekerasan. Ketegasan terhadap anak, bukan berarti harus bersikap keras, seperti menghukum secara fisik, sebab tindakan semacam itu sudah tergolong kekerasan. Namun, ketegasan dimaksudkan sebagai pendidikan yang mengedepankan aturan-aturan, dan bila si anak melanggar maka ada sanksi yang harus dijalani. Bentuk sanksi inilah yang membedakan antara ketegasan dengan kekerasan. Sanksi dalam bentuk ketegasan akan membuat anak sadar terhadap kesalahannya dan dari sanksi tersebut ada manfaat yang diperolehnya. Sementara, sanksi dalam bentuk kekerasan, kemungkinan kecil akan membuat anak sadar dan jelas sekali tidak ada manfaat yang diperoleh dari sanksi tersebut.
Di sekolah, guru harus menanamkan budi pekerti yang baik bagi siswa. Meski, porsi pendidikan budi pekerti makin kurang, setidaknya seorang guru harus kreatif dalam mendidik murid. Di sela-sela penyampaian pelajaran, guru juga harus menyampaikan nilai dan norma atau nasehat-nasehat. Dengan demikian, anak didik tidak hanya dibekali dengan keilmuan, tapi juga budi pekerti. Sebagai seorang pendidik atau guru juga harus menampakkan budi pekerti yang baik karena sikap seorang guru terhadap muridnya juga merupakan pendidikan bagi murid. Bila hal ini dilakukan, maka potensi munculnya kekerasan di masyarakat Indonesia akan berkurang seminimal mungkin (equilibrium.ugm.ac.id ; 19.16 ; 8 Desember 2009).

e-Book karaNgankYu

Peran Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis e-Book pada Pembelajaran Kimia SMP



ABSTRAK
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan media pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui peran e-Book interaktif pada materi atom, ion, dan molekul, materi reaksi nimia, dan materi unsur, senyawa, dan campuran.
Sasaran dari penelitian ini adalah e-Book interaktif pada materi pokok atom, ion, dan molekul, materi pokok reaksi nimia, dan meteri pokok unsur, senyawa, dan campuran pada pembelajaran nimia SMP. Kelayakan dari e-Book interaktif ini sudah diteliti oleh tiga mahasiswa dengan materi pokok yang berbeda yaitu Ismi Rosyidah menerapkan pada materi reaksi kimia, Fitrianto Nur Hidayat menerapkan pada materi atom, ion, dan molekul, dan Lutfis Salam menerapkan pada materi unsur, senyawa, dan campuran.
Hasil penelitian oleh tiga mahasiswa menunjukkan e-Book interaktif yang digunakan sebagai media pembelajaran kimia SMP layak digunakan sebagai media belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian yang memiliki presentase tinggi dan kriteria penilaian sangat layak.
Kata kunci : e-Book interaktif

























BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen. Kimia perlu diajarkan sejak dini kepada siswa karena kimia merupakan dasar pengembangan dari ilmu pengetahuan, teknologi, dan juga sains yang lain. Dari segi ekonomi kimia memiliki nilai bisnis besar, sebab dari ilmu kimia dibangun berbagai pabrik dengan menyerap banyak tenaga kerja dan banyak profesi yang memerlukan pemahaman terhadap kimia.
Kemajuan teknologi hanya mungkin dicapai melalui kemajuan dalam ilmu pengetahuan karena teknologi merupakan produk aplikatif dari ilmi pengetahuan itu sendiri. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) itu sendiri tidak mungkin terwujud tanpa adanya sumber daya berkualitas. Keberhasilan dari proses pendidikan yang bertujuan mewujudkan manusia berbudaya ilmu pengetahuan dan teknologi akan sangat ditentukan oleh semangat dan gairah belajar yang harus ditumbuh kembangkan oleh setiap pendidik. Anak atau pserta didik harus didorong untuk selalu belajar. Belajar tidak harus monoton menggunakan buku, karena buku dengan buku saja siswa akan menjadi jenuh dengan materi yang disampaikan. Oleh sebab itu, belajar hendaknya dilakukan dengan inovasi-inovasi baru, misalkan saja pembelajaran dilakukan dengan media interaktif yang lebih menarik yaitu dapat menggunakan e-Book sebagai pengganti buku.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diajukan adalah ”Bagaimana peran pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis e-Book dalam pembelajaran kimia?”






BAB II
ISI

A. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan mengembangakan wawasan dengan study tour, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar–gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan karena :
a. obyek terlalu besar
b. obyek terlalu kecil
c. obyek yang bergerak terlalu lambat
d. obyek yang bergerak terlalu cepat
e. obyek yang terlalu kompleks
f. obyek yang bunyinya terlalu halus
g. obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi
Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.

Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
Menurut Sadiman (2002:16), media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
c. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik.
Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk:
1. Menimbulkan kegairahan belajar.
2. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a) Memberikan perangsang yang sama.
b) Mempersamakan pengalaman.
c) Menimbulkan persepsi yang sama.
Berdasarkan manfaat tersebut, nampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai andil yang besar terhadap kesuksesan proses belajar mengajar (guruit07.blogspot.com/2009/01/pengertian-media-pembelajaran).

B. Media Pembelajaran Interaktif e-Book
E-book adalah singkatan dari Electronic Book atau buku elektronik. E-book tidak lain adalah sebuah bentuk buku yang dapat dibuka secara elektronis melalui komputer. E-book ini berupa file dengan format bermacam-macam, ada yang berupa pdf (portable document format) yang dapat dibuka dengan program Acrobat Reader atau sejenisnya. Ada juga yang dengan bentuk format htm, yang dapat dibuka dengan browsing atau internet eksplorer secara offline. Ada juga yang berbentuk format exe.
Pada kebanyakan e-book menggunakan bentuk format pdf. Karena lebih mudah dalam mempergunakannya dan mudah dalam mengolah security. Untuk membuka ini dalam komputer harus ada program Acrobat Reader, bila belum ada, dapat mendownloadnya atau mencari program di rental CD PC Program, akan sangat mudah di dapat. Cara membuka ini sangat mudah. Dapat mendownload program tersebut (Acrobat Reader atau foxit reader) yang dapat kamu download di bagian bawah ini dan kemudian menginstalnya di komputer. Yang nantinya akan dapat membuka e-book yang berbentuk pdf.
Seiring berkembangnya dunia digital saat ini, e-book juga berkembang menjadi suatu produk yang sangat disukai oleh orang-orang. Selain e-book dalam bentuk pdf, kita juga dapat menjumpai e-book dalam bentuk exe. Sama seperti e-book berbentuk pdf, e-book dalam bentuk exe ini juga harus kita installernya. Agar nantinya dapat membaca e-book tersebut.

Dunia e-book saat ini memang menjadi suatu trend dan sangat memudahkan orang-orang penulis untuk dapat menyebarkan tulisan-tulisannya dengan mudah dan gampang. Dengan pemikiran teknisnya dapat dibayangkan jika e-book tidak memakan biaya yang sangat besar seperti halnya dengan sebuah buku (ebook-gratis-ahmad.blogspot.com/2009/02/pengertian-e-book).

Ada banyak manfaat dari e-book, antara lain:
1. Ukuran fisik kecil.
Karena e-book memiliki format digital, dia dapat disimpan dalam penyimpan data (harddisk, CD-ROM, DVD) dalam format yang kompak. Puluhan, bahkan ratusan, buku dapat disimpan dalam sebuah DVD sehingga tidak mengambil banyak tempat (ruangan yang besar).
2. Mudah dibawa.
Beberapa buku dalam format e-book dapat dibawa dengan mudah, sementara itu membawa buku dalam format cetak sangat berat.
3. Tidak lapuk.
e-book tidak menjadi lapuk layaknya buku biasa. Format digital dari e-book dapat bertahan sepanjang masa dengan kualitas yang tidak berubah.
4. Mudah diproses.
Isi dari e-book dapat dilacak, di-search dengan mudah dan cepat. Hal ini sangat bermanfaat bagi orang yang melakukan studi literatur.
5. Dapat dimanfaatkan oleh orang yang tidak dapat membaca.
Karena format e-book dapat diproses oleh komputer, maka isi dari e-book dapat dibacakan oleh sebuah komputer dengan menggunakan text to speech synthesizer. Tentunya riset masih dibutuhkan untuk membuat teknologi pembacaan yang bagus. Selain untuk orang buta, pembacaan ini juga dapat digunakan oleh orang yang buta huruf. Selain itu peragaan juga dapat diset dengan menggunakan huruf (font) yang besar bagi orang yang sulit membaca dengan huruf kecil.



6. Penggandaan (duplikasi, copying)
e-book sangat mudah dan murah. Untuk membuat ribuan copy dari e-book dapat dilakukan dengan murah, sementara untuk mencetak ribuan buku membutuhkan biaya yang sangat mahal.
7. Mudah didistribusikan.
Pendistribusian dapat menggunakan media elektronik seperti Internet. Pengiriman e-book dari Amerika ke Indonesia dapat dilakukan dalam orde waktu menit dan murah. Buku langsung dapat dibaca sekarang juga. Pengiriman buku secara fisik membutuhkan waktu yang lama (harian & bahkan mingguan) dan mahal. Belum lagi ada masalah buku yang hilang diperjalanan. Proses distribusi secara elektronik ini memungkinkan adanya perpustakaan elektronik dimana seseorang dapat meminjam buku melalui Internet (check out counter di Internet) dan buku akan dikembalikan setelah masa peminjaman berlalu. Perusahaan Adobe tengah percobaan ini.

Fungsi e-book membantu guru nimia dalam hal :
a. Mempermudah, menyederhanakan, dan mempercepat keberlangsungan proses relajar mengajar.
b. Penyajian informasi berupa teks, gambar, dan data atau keterampilan secara utuh dan lengkap.
c. Merancang lingkup informasi dan keterampilan secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu.

Adapun manfaat e-book dalam pembelajaran yaitu :
1. Memotivasi siswa dalam relajar
2. Memudahkan siswa dalam memahami konsep materi
3. Memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan materi
4. e-book interaktif yang telah dikembangkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum saat ini
5. Model e-book interaktif dapat digunakan sebagai variasi pembelajaran


Cara Membuat e-book
Sebagian besar orang menganggap bahwa membuat e-book amatlah sulit
Berikut ini adalah uraian proses pembuatan e-book melalui 5 langkah mudah lewat media internet:
a) Langkah pertama
Pastikan rekan-rekan sudah menyiapkan sebuah tulisan dalam MS Word yang akan di rubah ke file PDF (e-book)
b) Langkah Kedua
Kunjungi website-website pembuat file ebook pdf secara online, seperti:
http://www.doc2pdf.net/converter/ atau http://online.primopdf.com/
c) Langkah Ketiga
Upload file MS Word yang ingin di rubah ke pdf, dengan cara mengklik tombol browse, lalu pilih file MS Word mana yang akan anda upload & rubah ke pdf yang telah anda persiapkan & simpan di komputer anda. untuk pembuatan ebook lewat primopdf.com kita harus memasukan pula data email kita.
d) Langkah Keempat
Klik tombol convert document atau create pdf, lalu silahkan rekan-rekan tunggu selama beberapa saat.
e) Langkah terakhir
Begitu file MS Word selesai terconvert ke pdf maka file ebook tersebut dapat langsung kita download di tempat, kecuali untuk primopdf.com kita perlu mendownloadnya melalui email kita, karena file ebook tersebut akan langsung terkirim ke email kita.

C. E-book Dalam Berbagai Materi
E-book dapat diterapkan pada materi atom, ion, dan molekul. Hal ini telah dilakukan penelitian sebagai persyaratan skripsi untuk mendapat gelar Sarjana oleh Fitrianto Nurhidayat (043194024) dengan judul skripsi ”Pengembangan media interaktif berbasis e-Book pada pokok bahasan atom, ion, dan molekul”. Dalam skripsinya dituliskan tujuan penelitiannya yaitu untuk mengetahui kelayakan media interaktif e-book pada pokok bahasan atom, ion, dan molekul yang dikembangkan sebagai media pembelajaran untuk siswa SMP. Pengembangan dilakukan dengan menggunakan model 4D Thiagarajan, yaitu pedefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Hasil dari penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan bahwa e-book interaktif pada materi atom, ion, dan molekul yang dikembangkan layak digunakan sebagai media pembelajaran dengan tercapainya kriteria berikut ini :
1. Hasil penelitian guru kimia terhadap e-book interaktif pada materi pokok atom, ion ,dan molekul terhadap kriteria penilaian ketepatan format media sebesar 77% dan hasil respon siswa terhadap kriteria penilaian ketepatan format media sebesar 90%.
2. Hasil penelitian guru kimia terhadap e-book interaktif pada materi pokok atom, ion, dan molekul terhadap kriteria penilaian kejelasan materi sebesar 88% dan hasil respon siswa terhadap kriteria penilaian kejelasan materi sebesar 85%.
3. Hasil penilaian guru kimia terhadap e-book interaktif pada materi pokok atom, ion, dan molekul terhadap kriteria kualitas animasi, video, gambar, soal, dan fungsi tombol sebesar 82% dan dari hasil respon siswa mendapat penilaian sebesar 100%.
4. Hasil respon siswa pada media e-book interaktif pada materi pokok atom, ion, dan molekul yang meliputi kriteria ketertarikan siswa sebesar 97%.
Presentase penilaian tersebut memiliki kriteria sangat layak. Sehingga e-book layak digunakan.
E-book dapat diterapkan juga pada materi unsur, senyawa, dan campuran. Hal ini telah dilakukan penelitian sebagai persyaratan skripsi untuk mendapat gelar Sarjana oleh Lutfis Salam (043194025) dengan judul skripsi “Pengembangan e-Book interaktif pada materi pokok unsur, senyawa, dan campuran kelas VII”. Dalam skripsinya dituliskan tujuan penelitiannya yaitu untuk mengetahui kelayakan media interaktif e-book pada pokok bahasan unsur, senyawa, dan campuran yang dikembangkan sebagai media pembelajaran untuk siswa SMP. Pengembangan ini juga dilakukan dengan menggunakan model 4D Thiagarajan, yaitu pedefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Hasil dari penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan bahwa e-book interaktif pada materi unsur, senyawa, dan campuran yang dikembangkan layak digunakan sebagai media pembelajaran dengan tercapainya indikator berikut ini :
1. Hasil penelitian guru kimia terhadap e-book interaktif pada materi pokok unsur, senyawa, dan campuran yang meliputi indikator penilaian ketepatan format e-book dan kualitas e-book diperoleh presentase rata-rata sebesar 92,27%.
2. Hasil respon siswa terhadap e-book interaktif pada materi pokok unsur, senyawa, dan campuran yang meliputi indikator penilaian ketepatan format e-book, kualitas e-book, dan ketertarikan siswa diperoleh presentase rata-rata sebesar 87,08%.
Berdasarkan kriteria penilaian, penilaian tersebut menunjukkan bahwa e-book layak digunakan.
E-book juga dapat diterapkan pada materi reaksi kimia. Hal ini telah dilakukan penelitian sebagai persyaratan skripsi untuk mendapat gelar Sarjana oleh Ismi Rosyidah (043194222) dengan judul skripsi “Pengembangan e-Book interaktif pada materi pokok reaksi kimia SMP kelas VII”. Dalam skripsinya dituliskan tujuan penelitiannya yaitu untuk mengetahui kelayakan media interaktif e-book pada pokok bahasan reaksi kimia yang dikembangkan sebagai media pembelajaran untuk siswa SMP. Pengembangan dilakukan dengan menggunakan model 4D Thiagarajan, yaitu pedefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Hasil dari penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan bahwa e-book interaktif pada materi reaksi kimia yang dikembangkan layak digunakan sebagai media pembelajaran dengan tercapainya indikator penilaian berikut ini :
1. Kelayakan e-book interaktif berdasarkan angket respon siswa pada saat uji coba terbatas yang meliputi kesesuaian format media, kualitas media, pengoperasian media, dan ketertarikan menyatakan sangat kuat yaitu sebesar 92,8%.
2. Kelayakan e-book dalam bentuk ringkasan materi pada materi pokok reaksi kimia kelas VII SMP yang digunakan sebagai salah satu perangkat pembelajaran menurut angket penilaian guru bidang studi sains pada saat validasi e-book yang meliputi format media, kualitas media, dan pengoperasian media menyatakan sangat kuat yaitu 82,7%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa e-book sangat berperan pada proses belajar mengajar, karena kelayakan penggunaan e-book telah diuji kelayakannya dan hasilnya yaitu layak untuk digunakan.


























BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
E-book sangat berperan dalam pembelajaran kimia SMP. Hal ini telah diuji kelayakannya oleh beberapa mahasiswa melalui penelitian dalam mengerjakan skripsi untuk mendapatkan gelar Sarjana. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa diperoleh kriteria sangat layak untuk kelayakan e-book yang digunakan dan respon dari siswa mengenai media pembelajaran interaktif e-book. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa e-book sangat berperan dalam pembelajaran, karena membuat siswa tidak terlalu jenuh dengan buku-buku yang sudah sering digunakan, sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.



















DAFTAR PUSTAKA

Jutaan manfaat e-book. http://wawan-ebook.blogspot.com/2008/09/jutaan-manfaat-ebook.html 14 Desember 2009. 18.42
Media pembelajaran http://p4tkmatematika.org/downloads/sd/Media Pembelajaran.pdf. 14 Desember 2009. 18.45
Nurhidayat, Fitrianto. 2008. Pengembangan media interaktif berbasis e-Book pada pokok bahasan atom, ion, dan molekul.
Pengertian e-book. http://ebook-gratis-ahmad.blogspot.com/2009/02/pengertian-e-book.html. 14 Desember 2009. 18.36
Pengertian Media Pembelajaran. http://guruit07.blogspot.com/2009/01/ pengertian-media-pembelajaran.html 14 Desember 2009. 18.47
Rosyidah, Ismi. 2008. Pengembangan e-Book interaktif pada materi pokok reaksi kimia SMP kelas VII.
Salam, Lutfis. 2008. Pengembangan e-Book interaktif pada materi pokok unsur, senyawa, dan campuran kelas VII.
Tentang e-book. http://layananebook.tripod.com/tentang_ebook.htm. 14 Desember 2009. 18.39